Senin, 17 Juni 2013

Melihat dengan hati



Film Naga bonar merupakan film yang mengisahkan keadaan Indonesia setelah berhasil merebut kemerdekaan. Awalnya si Naga Bonar (Deddy Mizwar) itu adalah pencopet tetapi seiring waktu berjalan Naga Bonar menjadi jendral dan berhasil memimpin pasukannya untuk meraih kemenangan Indonesia dalam peperangan di daerahnya. Dalam tayangan film tersebut terlihat detik – detik kemerdekaan Indonesia yaitu di tanggal 17 Agustus 1945. Rakyat Indonesia bersuka cita atas kabar itu tetapi ternyata masih ada pihak – pihak lain yang tidak rela akan kemerdekaan Indonesia seperti Inggris, Jepang, terutama Belanda. Keinginan Belanda untuk berkuasa kembali di Indonesia antara laskar pejuang bersenjata dan masyarakat sangat memberikan reaksi keras akan maksud keinginan tersebut. Banyak penjajah yang masih menindas masyarakat apalagi di daerah – daerah meskipun begitu Naga Bonar bersama pejuang yang lain tidak peduli yang terpenting adalah tetap maju melakukan perlawanan pertempuran.

Dalam tayangan tersebut perlawanan tidak hanya dilakukan dengan perjuangan fisik tetapi juga dilakukan juga melalui diplomasi. Pola diplomasi tersebut menggambarkan betapa penyusunan strategi dalam berfikir sangat menentukan pula dalam perlawanan. Dalam diplomasi  tersebut tampak Naga Bonar cukup jenius dengan membuat pihak Belanda kebingungan ketika melakukan penandatanganan perjanjian damai dan penentuan garis demarkasi tentang peta wilayah.



Dalam film Naga Bonar ini memeberikan pelajaran kepada kita bagaimana semangat nilai  - nilai nasionalisme yang sangat besar ada pada kepribadian rakyat Indonesia sejak dulu. Jadi kita alangkah baiknya meniru seperti mereka. Sederhananya nasionalisme itu timbul karena sebuah daerah dimana itu adalah tanah kelahiran kita apa yang berawal maka harus berakhir disitu juga. Selain itu alam yang ada di lingkungan kita harusnya di eksploitasi oleh kita sendir bukan oleh penjajah. Jadi bisa dilihat nasionalisme pada film ini seperti yang dijelaskan tadi. Tidak hanya semangat nasionalisme yang digambarkan dalam film tersebut, juga ada suatu relasi pencitraan nilai – nilai religius dan sikap patriotisme yang tinggi. Bisa dilihat meskipun Naga Bonar ini adalah seorang jenderal ia tetap taat dan patuh pada Ibunya. Meskipun Naga Bonar suka dongkol apabila di perintah oleh ibunya, ia tetap menjalankan segala perintahnya dan menghormatinya. Naga Bonar ini tidak hanya mengabdi untuk bangsa ataupun lingkungan daerah tempat tinggalnya, tetapi juga suatu bentuk pengabdian yang sangat membanggakan dapat dipersembahkan kepada sang ibu yang sampai-sampai meneteskan tangis air mata melihat Naga Bonar bersungguh-sungguh berjuang keras untuk tanah Ibu pertiwi. Selain itu dalam film ini sangat jelas pula tergambar bagaimana suatu proses kenaikan pangkat sangat penting dibutuhkan  untuk mendapatkan suatu legitimasi di dalam suatu komunitas. Sebab semakin tinggi pangkat jabatan yang dimiiliki maka pelayanan penghargaan yang didapatkan mungkin cukup istimewa jika dibandingkan pangkat yang terbilang masih berada di bawah. Sebagai contoh Naga Bonar sebagai Jendral tentunya akan mendapatkan pelayanan penghargaan istimewa yang berbeda dengan si Bujang yang hanya berpangkat sebagai kopral.

Selain melihat sisi perjuangan dan kemerdekaan, kita juga harus liat kisah Naga Bonar yang lain yaitu sebuah persahabatan dan percintaan. Dimana seorang sahabat dan orang yang dicintai menjadi motivator paling besar untuk penyemangat Naga Bonar dalam memimpin perang. Dalam tayangannya dapat tergambar bahwa kisah cinta dan persahabatan pun ikut berperan penting dalam mewarnai perjalanan perjuangan Naga Bonar dalam memimpin perlawanan sebagai contoh sahabat Naga Bonar si Bujang yang kemudian diangkat sebagai asisten pribadi Naga Bonar serta Kirana calon istri Naga Bonar yang dijadikan permaisurinya padahal istilah seperti ini tidak ada dalam ketentaraan, karena biasanya dipakai di kerajaan.




Film ini patut kita apresiasi tinggi karena kisah yang diberikan dan pelajaran berharga didalamnya sangat bagus sekali. Di zaman sekarang nasionalisme sudah seperti bukan urusan masing – masing orang lagi. Naga Bonar ini sungguh membuat kita seperti kembali ke zaman kemerdekaan. Alur cerita dan bahasa yang tidak rumit juga dengan aktor – aktor yang lucu, membuat film ini menarik di mata penonton dan sangat mudah diterima maknanya oleh penonton.

Kamis, 13 Juni 2013

little thing called a dream

"Dunia yang memaksa untuk berubah"


kali ini saya kembali dengan review film dokumenter. jujur, film ini lebih menarik di banding film-film lainnya karena bertema politik. saya besar di lingkungan politik. itu yang menjadi alasan ketertarikan lebih pada film dokumenter kali ini.

film dokumenter ini bercerita tentang Bambang Wari Koesoma. seorang mantan anggota DPR dari naungan partai Golkar. sayang, pada tahun 1995 dia di keluarkan oleh partainya sendiri dari kursi anggota parlemen. 

Lewat film dokumenter ini, Bambang mengajak kita mengikuti aktifitasnya mendatangi satu tempat rakyat kecil ke rakyat kecil lainnya untuk mengajak para masyarakat itu agar memilihnya saat pemilu mendatang. Ya, Bambang membulatkan tekad untuk mencalonkan diri lagi dengan berlandaskan untuk memperjuangkan rakyat.

memperjuangkan mimpi rakyat kecil lebih spesifiknya. 

Dan Bambang tidak main-main apalagi setengah hati dalam menjalani tujuannya. banyak hal dari bagian hidup yang lelaki lanjut usia ini korbankan demi mewujudkan mimpinya. tapi seperti yang saya sebutkan diatas, mimpi ga selamanya bisa kita raih.

maka begitu juga yang Bambang alami, dia kalah. mimpi yang telah di iringi do'a, usaha dan ketulusan itu berakhir dengan senyum keihklasan dan lapang dada. 


politik itu pro dan kontra. yang namanya murni dan tulus cuma ada bagi segelintir orang. nah, segelintir orang dengan niat murni itu tertutupi oleh ribuan orang dengan niat yang kurang tulus. seperti itu dunia politik. hampir sama dengan dunia yang saya pelajari di masa perkuliahan sekarang.

prinsip orang bisa berubah. karena dunia yang di jalani menuntutnya untuk berubah. resiko bila dia tidak mau berubah adalah; tertinggal dan di lupakan.